
Setiap manusia tanpa disadari memiliki jebakan psikologis yang terbentuk dari berbagai faktor. Jebakan ini biasanya lahir dari nilai atau sistem berpikir yang keliru dalam memandang diri sendiri maupun lingkungan sekitar. Selain itu, pola asuh yang kurang tepat di masa kecil serta perlakuan dari orang-orang terdekat turut membentuknya. Jebakan yang dimaksud di sini tak lain adalah trauma, atau yang sering disebut sebagai Life Trap.
Life Trap adalah rangkaian proses yang terbentuk akibat pengalaman traumatis di masa kecil, termasuk pola pengasuhan yang terlalu melindungi, kritikan yang berlebihan, perbandingan dengan orang lain, perundungan, serta memanjakan anak secara berlebihan. Pada dasarnya, berbagai kejadian yang tidak menyenangkan ini muncul ketika sistem kepercayaan seseorang masih dalam tahap pembentukan belief system.
Seiring waktu, tanpa disadari jebakan mental ini bertahan hingga masa dewasa dan sering kali merasa berada dalam situasi serupa meskipun konteks dan waktunya sudah sangat berbeda. Hal ini terjadi karena pikiran bawah sadar berusaha mencegah pengalaman buruk terulang kembali melalui defence mechanism, yang pada akhirnya justru menghambat kemampuan seseorang untuk mengambil tindakan.
Baca Juga: Memutus Rantai Trauma Keluarga
Dalam tinjauan Jeffrey E. Young dan Janet S. Klosko, dua terapis kognitif dari Amerika, telah berhasil mengidentifikasi 11 Life Trap yang umum dijumpai berdasarkan pengalaman praktik mereka.

Berikut ini ulasan Life Trap yang dapat mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari.
- Abandonment
Keadaan perasaan seseorang karena ditinggalkan atau diabaikan oleh orang-orang terdekat, yang kemudian timbul rasa kasihan pada diri sendiri, kesendirian, dan duka mendalam. Hal ini terjadi karena minimnya perhatian dan rasa perlindungan dari lingkungan terdekat. Dampak dari pengalaman traumatis psikologis ini seseorang akan dipenuhi perasaan diabaikan, karena mereka merasa tidak pantas mendapat perhatian.
Hal ini terjadi karena mereka tidak ingin mengalami kembali perasaan ditinggalkan, dalam situasi ini, mereka justru tertarik pada pasangan atau individu yang dengan sengaja mengabaikan atau meninggalkan mereka.
2. Mistrust Abuse
Keadaan perasaan seseorang karena kecurigaan berlebihan akibat kekhawatiran bahwa orang lain akan memperlakukannya dengan tidak baik untuk memperoleh keuntungan pribadi. Jebakan psikologis ini muncul karena seringnya menerima janji-janji kosong, atau ketidakjujuran yang tidak pernah ditepati orangtua.
Baca Juga: Kegalauan Gen Z di Tengah Tren Tepuk Sakinah
Kondisi tersebut membuat perasaan curiga, kecemasan berlebihan, dan ketakutan yang sangat besar, sebab orang-orang terdekatnya tidak bisa diandalkan. Hal ini menimbulkan dorongan kuat untuk melindungi diri atau menghindar dari kemungkinan kekecewaan di masa depan.
3. Dependence
Keadaan perasaan seseorang karena ketergantungan terhadap orang lain dan kehilangan kemampuan dalam membuat pilihan. Jebakan psikologis ini karena sikap orang dewasa yang terlalu otoriter, dimana sikap dari hal itu menciptakan ketergantungan dalam hidup.
Ketika memasuki usia dewasa, perilaku yang muncul adalah rasa khawatir berlebihan terhadap kesalahan, kendala dalam membangun kehidupan yang mandiri, serta kecenderungan bantuan orang lain.
4. Vulnerability
Keadaan perasaan seseorang karena merasakan berada dalam situasi yang salah dan menyakitkan, merasa dirinya hidup dalam dunia yang dipenuhi kekerasan dan penderitaan.
Jebakan Psikologis ini dipicu oleh pengaruh lingkungan masa lalu yang kerap memberikan trauma melalui ancaman-ancaman atau cerita-cerita menakutkan tentang bahaya di luar lingkungan rumah, yang akhirnya timbul keraguan disertai rasa takut untuk keluar dari zona nyamannya. Ketika memasuki usia dewasa, perilaku yang muncul adalah kecemasan yang berlebihan, alih-alih menikmati setiap momen berharga yang seharusnya bisa dirasakannya dalam perjalanan hidup.
5. Emotional Deprivation
Keadaan perasaan seseorang karena merasakan pengabaian dan tidak mendapat perhatian dari lingkungannya. Jebakan psikologi ini dipicu oleh kurangnya mendapat kehangatan emosional, perhatian, dan kasih sayang dari keluarga. Kondisi tersebut membuat seorang memiliki keyakinan bahwa dirinya tidak berharga, sebagai bentuk perlawanan mereka cenderung mengabaikan orang lain, dan haus akan perhatian untuk memenuhi kebutuhan emosionalnya.
Baca Juga: Toxic Positivity, Apakah Selalu Berpikir Positif Itu Sehat?
Ketika memasuki usia dewasa, perilaku yang muncul adalah sering mengganti pasangan, sahabat, atau pekerjaan sebagai cara untuk merasakan kebahagiaan dan memperoleh perhatian yang selama ini tidak pernah mereka dapatkan.
6. Social Exclusion
Keadaan perasaan seseorang karena terasing di dalam lingkungan sosialnya, serta mendapat ejekan dan pandangan negatif dari lingkungannya.
Jebakan psikologi ini dipicu oleh dikucilkannya dari lingkungan karena menganggap ada sesuatu yang janggal atau tidak biasa pada dirinya. Perlakuan yang timpang seperti inilah yang kemudian mendorong seorang menjadi penyendiri, menutup diri, dan enggan menjalin relasi dengan orang lain, khususnya dengan orang baru.
7. Defectiveness
Keadaan perasaan seseorang karena merasakan ketidaksempurnaannya dan cenderung menyalahkan diri sendiri. Jebakan psikologi ini dipicu dari banyaknya kritik yang diterima sejak masa anak-anak, di tidak ada yang mengapresiasi terhadap usaha atau prestasi yang telah diraih.
Beberapa orang yang memandang kegagalan sebagai titik akhir dari segalanya, namun seseorang dengan pola pikir berkembang akan menganggap kegagalan sebagai kesempatan baru untuk meraih tujuan mereka.
8. Failure
Keadaan perasaan seseorang karena mengalami ketakutan terhadap kegagalan, dan menganggap dirinya orang yang paling tidak beruntung.
Baca Juga: Fenomena Poppy Tall Syndrome di Tengah Masyarakat
Jebakan psikologi ini dipicu dari ketidak mampuan dalam mencapai atau memperoleh hal-hal yang diinginkan. Ketika memasuki usia dewasa, perilaku yang muncul adalah terjebak dalam pola hidup yang cenderung melebih-lebihkan dalam setiap kegagalan yang dialami.
9. Subjugation
Keadaan perasaan seseorang karena mengalami kecenderungan mengikuti ekspektasi dan tuntutan dari pihak lain untuk memberikan kepuasan dengan mengesampingkan kebutuhan dirinya.
Jebakan psikologi ini dipicu dari pengalaman tekanan figur otoritas parental yang bersifat berlebihan yang akhirnya konsekuensi dan implikasi tersebut memiliki kecenderungan kontroling di lingkungannya untuk semua patuh terhadap dirinya.
10. Unrelenting Standart
Keadaan perasaan seseorang karena mengalami tekanan internal untuk mencapai keunggulan kriteria yang ditetapkan, yang termanifestasi dalam bentuk target dan capaian tinggi serta tuntutan konsistensi terhadap pencapaian prestasi.
Jebakan psikologi ini dipicu dari tekanan berlebihan untuk mencapai prestasi optimal dan posisi teratas, sehingga cenderung mengorbankan aspek-aspek fundamental seperti kondisi fisik, kesejahteraan dirinya dan, kepuasannya.
Seseorang yang terperangkap dalam pola ini memiliki kecenderungan berlebihan terhadap pencapaian karier dan nir empati, Ketika memasuki usia dewasa, perilaku yang muncul adalah sifat kompetitif untuk meraih posisi teratas dalam hal apapun, meskipun secara subjektif belum pernah mencapai apapun.
11. Entitlement
Keadaan perasaan seseorang karena dirinya merasa berhak memperoleh segala sesuatu yang dikehendakinya tanpa mempertimbangkan faktor-faktor lain.
Baca Juga: Memahami Pilar Kesehatan Mental dalam Keluarga
Jebakan psikologi ini dipicu dari eksistensi yang berakar pada pola asuh yang permisif dari keluarga yang cenderung memenuhi segala keinginannya tanpa batas, yang akhirnya menjadi pribadi yang bersifat egosentris dan sulinya dalam mengendalikan dirinya.
Jadi begitu ulasan dari 11 Jebakan Hidup atau Life Trap menurut dua terapis kognitif Jeffrey E. Young dan Janet S. Klosko, apapun kondisinya bisa berasal dari pengalaman yang pernah dialami di masa lalu yang akan mempengaruhi kehidupannya hingga dewasa. Karena Jebakan tersebut tidak terlahir begitu saja, oleh sebab itu kepribadian dan perilaku seseorang juga dapat dipengaruhi oleh jebakan hidup tersebut.
Penulis: Diba
Editor: Rara Zarary
Sumber:
Young, Jeffrey E., et al. Reinventing Your Life: the Bestselling Breakthrough Program to End Negative Behaviour and Feel Great.
Young, Jeffrey E., et al. Schema Therapy: a Practitioners Guide.
Wisata
Berita Olahraga
News
Berita Terkini
Berita Terbaru
Berita Teknologi
Seputar Teknologi
Drama Korea
Resep Masakan
Pendidikan
Berita Terbaru
Berita Terbaru
Berita Terbaru